Pages

20130427

Kematian adalah Soal Waktu

\\

Berita kematian seorang ustad muda "Uje" begitu mengagetkan banyak orang. Keluarga, para sahabat bahkan para jamaahnya begitu kehilangan sosok yang selalu memberikan pencerahan iman dengan bahasanya yang lugas dan begitu mengena. Sosok yang di kehidupan masa lalu begitu kelam, dan bangkit dengan kehidupan baru serta menjadi penerang bagi sekelilingnya.
Kematian itu ibarat arisan, siapa pun kita akan mendapat giliran, tinggal soal waktu. Apakah waktu kita terlalu cepat? atau terlalu lambat? NO...untuk suatu kematian tidak memakai ukuran manusia melainkan memakai ukuran waktu Tuhan
Minggu yang lalu dua saudara saya berpulang kembali kepadaNYA. Tidak dalam keadaan sakit, tidak ada pertanda apapun tapi sekali lagi itulah waktu dan rahasia Tuhan akan kematian, tidak ada yang bisa menebak, kematian itu sedekat dengan nafas hidup kita.
Saya mempunyai buku yang berjudul "Bagaimana Jika Malam ini Maut menjemputmu?" penulis Mulyadi al-Fadhil dan Leonardo al-Ghazi. Menyeramkan ya judulnya, seakan-akan bila maut datang malam ini, saat ini, apakah diri kita siap?. Sudah punya bekal apa kita bila dipanggil saat ini?
Mungkin banyak yang bilang, duh...jangan sekarang deh, aku khan masih muda, aku khan masih ini dan itu. Tapi siapa yang bisa menghalangi takdir kematian? tak seorangpun. Uang yang banyak, kekuasaan tak bisa menghalangi bila Maut datang menghampiri. Dia datang menandakan bahwa kontrak kita di dunia telah habis, dia datang untuk membawa kita mempertanggung jawabkan kontrak hidup yang sudah kita jalani.
Persoalan siap atau tidak siap itu bukan urusan maut. Itu adalah urusan kita bagaimana mempersiapkan bekal masing-masing.
Kembali ke buku tadi, ada kisah bagaimana kita mempersiapkan bekal hidup didunia untuk kita bawa kelak menghadap kepadaNYA.
Alkisah seorang petapa turun dari gunung, dia hendak kembali kerumahnya. Perjalanan itu sangat jauh melewati beberapa desa. 
Di desa pertama, petapa ini melihat rumah kosong yang penuh dengan harta emas berlimpah. Iblis pun datang menggodanya "Ayo, curilah itu yang membuat dirimu kaya"
Petapa ini menggeleng " Tidak, sebab rumahku sangat dekat" dia kembali berjalan.
Di desa kedua, petapa melihat seorang wanita cantik dan menggodanya dengan senyuman, kembali iblis menggodanya "Ayo, dekatilah dia, itulah yang menyenangkan tubuhmu"
Kembali petapa menggeleng kepala " Tidak, rumahku sangat dekat"
Didesa ketiga, petapa melihat perselisihan antara dua kelompok, petapa diminta oleh salah satu kelompok menjadi saksi. Iblis menggoda " Ayo, berdustalah jadilah saksi, tidak ada kerugian bagimu bila engkau berdusta atas mereka"
Petapa menggeleng "Tidak, rumahku sudah dekat" sambil meninggalkan kelompok yang bertikai.
Begitu seterusnya, ratusan desa telah mereka lewati dan godaan iblis tidak menggoyahkan iman petapa.
Dengan kesal iblis bertanya kepada si petapa " Engkau selalu menolak godaanku dan mengatakan kalau rumahmu sangat dekat. Akan tetapi aku sudah mengikutimu sampai desa ke seratus dan engkau masih saja berkelana, sesungguhnya dimanakah rumahmu?"
Petapa menjawab " Ketahuilah, rumahku adalah kubur dan gerbangnya adalah kematian. Aku katakan bahwa ia sangat dekat karena aku tidak pernah tahu kapan aku akan masuk kedalam rumahku itu. Boleh jadi saat aku berbuat dosa, kematian datang menjemput. Maka aku selalu ingat pada kematian dan takut untuk mengikuti godaanmu"
Hikmah  yang luar biasa yang bisa kita ambil adalah bila kita selalu mengingat akan kematian. Rumah kita yang besar, anak-anak, suami, istri, orang tua, sanak saudara bukanlah tujuan akhir kita, mereka adalah titipan untuk kita dan diantaranya menjadi ujian bagi kita. Tujuan akhir kita adalah kubur dan gerbangnya adalah kematian, persiapkanlah bekalmu masing-masing agar kelak tidak menjadi orang yang merugi.
(sumber inspirasi tulisan : buku "Bagaimana Jika Malam ini Maut menjemputmu?" penulis Mulyadi al-Fadhil dan Leonardo al-Ghazi.)




2 komentar:

Unknown mengatakan...

Jadi berfikir apaaa bekalku jika besok aq dipanggilNYA? Makasih mak sdh berbagi, mengingatkanku akan kematian yg sewaktu waktu menjemputku, shg tdk membuatku terlena dlm urusan dunuawi.

nathalia cornelis mengatakan...

sama2 mak Yanti

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir di blog ini. Komentar anda untuk perbaikan blog sangat diharapkan. Dilarang memberi komentar yang mengandung SARA dan menyerang pribadi seseorang. Jadilah pembaca dan pengkritik yang bijaksana

 

Copyright © Warna-warni Cerita. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver